ARTIKEL
DESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA ADAPTIF
KATA PENGANTAR
Puji Syukur
Kehadirat Alloh, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan artikel ini dengan tepat waktu.Artikel ini disusun
guna melengkapi tugas UK Pendidikan jasmani adaptif di semester 7 ,untuk itu
penulis mengharapkan kritikanya jika masih jauh dari sempurna.
Penulis tidak dapat menyelesaikan
artikel ini tanpa adanya bantuan , bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Pengampu mata kuliah Penjas Adaptif
2. Semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini yang tidak dapat dituliskan atau disebutkan
satu persatu.
Tiada
kesempurnaan melainkan milik Allah SWT, demikian pula Artikel ini. Penulis
menyadari bahwa Artikel ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan
perbaikan Artikel ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
judul………………………………………………………………………………………………………… i
Kata
pengantar……………………………………………………………………………………………………….. ii
Daftar
isi……………………………………………………………………………………………………………….. iii
Abstrak
………………………………………………………………………………………………………………… iv
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………….
1
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………….
1
Devinisi desain
………………………………………………………………………………………………………. 1
A.Devinisi desain pembelajaran
adaptif…………………………………………………………………… 1
B.Pengertian desain
pembelajaran…………………………………………………………………………… 2
C.Pengertian desain pembalajaran
adaptif………………………………………………………………… 4
Konsep dasar pembelajaran adaptif
dan Anak berkebutuhan khusus…………………………….. 5
A.Hakekat pembelajaran
adaptif…………………………………………………………………………….. 5
B.Hakekat anak berkebutuhan
khusus……………………………………………………………………… 5
1.masalah (problem) dalam sensori
motor………………………………………………………………. 6
2.penyebab kelainan pada anak
berkebutuhan khusus……………………………………………… 7
C.Peta konsep pendidikan luar
biasa……………………………………………………………………….. 8
Anak luarbiasa dan kebutuhan
pembelajaran dalam penjas dan olahraga
Pada anak tuna
netra……………………………………………………………………………………………….. 10
A.Anak tuna netra dankebutuhan
pembelajarannya…………………………………………………… 10
B.Penjas adaptif utuk tuna
netra…………………………………………………………………………….. 11
C.Keterampian dan pola gerak dasar
………………………………………………………………………. 12
D.Penerapan penjas pada tuna
netra………………………………………………………………………… 13
Penutup………………………………………………………………………………………………………………….
16
Kesimpulan dan
saran……………………………………………………………………………………………. 16
Referensi………………………………………………………………………………………………………………..
17
ABSTRAK
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pendidikan jasmani adaptif terhadap perkembangan motorik anak dengan
gangguan pendengaran di SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa (YPSLB). Artikel ini di
ambil dari Penelitian
yang menggunakan metode eksperimen dengan
desain One Group Pretest-Posttest Design. Populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah siswa dengan Gangguan Pendengaran di SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah
Luar Biasa (YPSLB) berjumlah 6 orang. Keseluruhan dijadikan sampel penelitian,
sehingga penelitian ini penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dengan tes
kemampuan motorik dari M. Furqon (2002: 32) yang meliputi gerak stabilitas,
gerak lokomotor dan gerak manipulatif yang dibuat dalam bentuk cek list. Teknik
analisis data yang digunakan dengan menggunakan teknik analisis non parametric
(Sign test Wilcoxon) yang diberi simbol Z. Dalam penelitian ini menggunakan
taraf signifikan (α) 5%. Dengan hasil To 0.028 > Tt = 0.0122, maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang
berbunyi: Pembelajaran Penjas Adaptif dapat meningkatkan kemampuan motorik pada
siswa persiapan 1 (P1) SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa adalah
signifikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan
yaitu: Pembelajaran Penjas Adaptif dapat meningkatkan kemampuan motorik pada
siswa SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. DEVINISI DESAIN
PEMPELAJARAN ADAPTIF
Pembelajaran Penjas adaptif mempunyai
peranan yang nyata dalam meningkatkan kemampuan dan dayaserap siswa
berkebutuhan khusus,karena siswa dapat menyalurkan kemampuan yang ada dalam
dirinya,dan dapat di implementasikan melalui penjas.Tujuan Utama Pembelajaran
Penjas Adaptif adalah meningkatkan kemampuan Psikomotor,Afektif,Kognitif.
Supaya mereka dapat mandiri dan dapat menjalani masa depanya secara mandiri
agar mereka dapat terjun di masyarakat.
Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama yang satu dengan
lainnya. Tidak ada satu anak manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak ada satu
anak manusia yang ingin dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang kelainan atau
memiliki kecacatan. Demikian juga tidak akan ada seorang Ibu yang menghendaki
kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Dengan demikian maka sejak kelahirannya
ke dunia, anak cacat atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah
tidak dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Koskuensi logis bila ABK akan
menghadapi banyak tantangan dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun
lingkungan pendidikan.
Kelahiran seorang ABK tidak mengenal apakah mereka dari
keluarga kaya, keluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat
beragama atau tidak. Bila Tuhan menghendaki keluarga itu dititipi seorang ABK
maka kemungkinan semua itu bisa terjadi. Akan tetapi Tuhan melihat dan
menghargai manusia tidak dari kecacatannya secara fisik, mental atau social.
Tuhan melihat manusia dari ketakwaan kepada Nya. Dititipkannya ABK pada satu
keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dititipkannya
ABK pada satu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada
keluarga tersebut untuk berbuat yang terbaik pada anaknya.
Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakatdan bangsa. Ia memiki hak untuk
sekolah sama seperti saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal.
Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan
Sekolah Dasar (SD) umum dimanapun adanya, melarang ABK untuk masuk di sekolah
tersebut. Bersama Guru Pembimbing Khusus yang telah memiliki pengetahuan dan
keterampilan PLB, Sekolah dapat merancang pelayanan PLB bagi anak tersebut yang
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Apakah anak tersebut
membutuhkan kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus tergantung
dari tingkat kemampuan dan kondisi kecacatan anak.
Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak
seusianya, semakin kuat mental ABK menghadapi tantangan lingkungan. Ia juga
akan jauh lebih berkembang bila dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan
tidak disekolahkan. Semakin dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik
hasil yang diperoleh.
Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak hanya diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya.
Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak hanya diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya.
Banyak orang awam berpandangan yang salah tentang pendidikan
bagi ABK. Seolah olah PLB hanya ada di SLB. Sehingga sering orang bila
menemukan anak menyandang kelainan atau ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke
Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal ini tidak benar, sebab SLB bukan habitatnya.
Habitat ABK sama dengan habitat anak pada umumnya yang normal. Ia berada
dilingkungan SLB bila di Sekolah Biasa sudah tidak dapat menangani
pendidikannya, atau memang kehendak dan hak dari anak itu sendiri.
Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum
yaitu seolah-olah PLB hanya bisa diberikan di SLB atau seolah-olah PLB itu sama
dan identik dengan SLB. Hal tersebut tidak benar, sebab pelayanan PLB bisa
diberikan di sekolah biasa dengan pembelajaran yang di adaptifkan pada anak
berdasarkan kelainan dan karakteristiknya oleh guru biasa. Karena itu informasi
tentang Pembelajaran adaptif bagi ABK perlu juga bagi Guru biasa, sehingga bila
ABK datang kesekolah biasa dapat diberikan pelayanan PLB.
Mengacu pada perkembangan Paradigma baru tentang PLB dan hak
asasi anak , maka PLB bergerak dari pendidikan yang bersifat terpisah atau
segregasi kearah pendidikan bersifat integrasi(terpadu).
Kenyataan di Indonesia yang tidak bisa disangkal, SLB masih
dominan sebagai tempat pendidikan formal anak berkebutuhan khusus. Dimanapun
ABK bersekolah pembelajaran adaptif tetap dibutuhkan. Untuk itu maka pembahasan
tentang pembelajaran adaptif ini dirancang untuk dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pembelajaran oleh guru PLB pada ABK.
B. PENGETIAN
DESAIN PEMBELAJARAN
Devinisi desain pembelajaran adaptif
dapat diartikan sebagai: Skenario pembelajaran penjas adaptif yang di susun
sedemikian rupa guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan produk yang
dihasilkan dari pembelajaran tersebut. Desain pembelajaran sebagai suatu
proses merupakan sistematika pengembangan spesifikasi pembelajaran yang
menggunakan teori belajar mengajar guna menjamin mutu pengajaran. Desain
pembelajaran mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan
pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian dalam mencapai tujuan. Salah
satu prinsip desain pembelajaran yang telah menjadi standar model desain
pembelajaran adalah sembilan langkah pengajaran yang perta-ma kali dikemukakan
oleh Gagne tahun 1965. Adapun sembilan langkah dimaksud adalah:
a) Mendapatkan
perhatian (gain attention): Lankah ini menyediakan stimulus untuk menarik
perhatian dan melibatkan pebelajar serta memotivasi. Langkah ini dimulai dengan
mengemukakan suatu masalah, menyajikan situasi baru, mengguna-kan multimedia,
mengajukan pertanyaan.
b) Menyampaikan
tujuan pembelajaran (Inform about the goal and objective): Langkah ini
menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan dan bagaimana pebelajar dapat mereka
menggunakan pengetahuan yang akan dipelajari sebagai hasil pem-belajaran.
c) Stimulasi untuk
menghadirkan pengetahuan sebelumnya (Simulate recal of prior knowledge). Langkah
ini mengingatkan kembali pebelajar atas pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui
apa yang telah mereka ketahui baik berupa fakta, aturan, prosedur atau
keterampilan. Langkah ini juga akan menggambarkan bagai-mana pengetahui saling
berkaitan. Sebaiknya langkah ini dilakukan dengan kerang-ka yang membantu
pembelajaran dan ingatan.
d) Menyajikan
materi yang dipelajari (Present the material to be learned). Langkah ini
menyediakan dan menampilkan isi pembelajaran yang baru dalam bentuk teks,
grafis, simulasi, bagan, gambar atau suara. Informasi yang disampai-kan
hendaknya disusun (chunking) agar mudah diingat untuk menghindari
kelebih-an beban memori.
e) Menyediakan
bantuan pembelajaran (Provide learning guidance). Langkah ini
mengorganisasikan pembelajaran dengan meletakkannya ke dalam konteks. Per-lu
diingat bahwa presentasi isi berbeda dari petunjuk atua instruksi tentang
bagai-mana belajar.
f) Memancing
kegiatan pebelajar (Elicit performance). Pada langkah ini, pebelajar
perlu mendemonstrasikan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan atau perilaku
yang baru diperoleh.
g) Berikan tanggapan
balik (provide feedback). Pada langkah ini, pebelajar perlu diberitahu
tentang performans belajarnya dan menunjukkan hal-hal yang dila-kukan dengan
benar, tingkah laku pebelajar dianalisis, atau menunjukkan solusi atas
kesulitan atau masalah.
h) Mengukur
performans (assess performance). Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang kemajuan performans pebelajar secara umum
i) Meningkatkan
retensi dan transfer (enhance retention and transfer). Tahap terakhir
ini memberikan kesempatan kepada pebelajar mengkonsolidasi pembela-jarannya.
Tahap ini juga diperlukan untuk menginformasikan situasi-situasi masa-lah yang
serupa, menyediakan latihan-latihan tambahan, dan mengupayakan agar mereka
dapat mengungkapkan kembali atau mengemukakan hasil pembelajaran.
C. PENGERTIAN DESAIN
PEMBELAJARAN ADAPTIF
Pengertian desain Pembelajaran Adaptif secara umum
adalah: Cara Metode tentang tata cara dalam mengajarkan penjas bagi anak-anak
yang berkebutuhan khusus supaya materi yang kita ajarkan dapat di terima dan
diserap dengan baik oleh anak-anak tersebut.
Disini tidak akan membahas terlalu dalam tentang
pembelajaran adaptif karena tidak akan cukup bila di buat dalam sebuah artikel,
artikel ini hanya membahas sedikit tentang pembelajaran Penjas Adaptif dalam
suatu lingkup saja dan hanya pada satu macam anak yang menderita Tuna, yaitu
Tuna Rungu(pendengaran)
KONSEP DASAR
PEMBELAJARAN ADAPTIF DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PEMBELAJARAN ADAPTIF DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
A. HAKEKAT PEMBELAJARAN ADAPTIF
Pembelajaran
adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK
hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran
adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan
layanannya.
Pendidikan Luar Biasa adalah
pendidikan biasa yang dirancang, diadaptasikan sesuai dengan karakteristik
masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan ABK.
Rancangan Pendidikan Luar Biasa
terdiri tiga komponen pokok kelas, program dan layanan. Ketiga komponen
tersebut bila dirancang dengan baik dan sempurna akan memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan demikian Pendidikan Luar Biasa
adalah Pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak
dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi kurikulum sekolah
biasa, sehingga perlu diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dengan uraian tentang Hakekat
Pembelajaran adaptif di atas, maka secara operasional di lapangan pengertian
Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan sebagai kelas khusus, program khusus dan
atau layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus.
B. HAKEKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Apabila
kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut
“Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau
Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak
cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu
kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut
anak berkebutuhan khusus di atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah yang
paling tepat tergantung dari mana kita memandang. Seperti dalam bahasa Inggris
dikenal istilah Impairment, disability, handicap.
Impairment berhubungan dengan penyakit dan
kelainan pada jaringan.
Disability berhubungan dengan
kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.
Handicap berhubungan dengan kelainan dan
ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak
yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau
indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga untuk mengembangkan secara
maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan
dengan PLB.
Sesuai dengan hak asasi sebagai anak
dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka PLB
dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus dirancang
sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan lingkungan ABK.
Pada
akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai
manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini
menimbulkan perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan
disekolahkan.Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya,
Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan
ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan
pelayanan Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang
sama dengan anak biasa lainnya. Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi
manusia penyandang cacat yang meliputi:
1. Hak untuk mendidik dirinya. (The
Right to Educated Oneself)
2. Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The
Right to Occupation or Profession)
3. Hak untuk memelihara kesehatan dan
fisik secara baik ( The Right to Maintain Health and Physical Well Being)
4. Hak untuk hidup mandiri (the Right
to Independent Living)
5. Hak untuk kasih sayang (Right to
Love)
Pengelompokan Anak Berkebutuhan
Khusus
Untuk keperluan Pendidikan Luar
Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Masalah
(problem) dalam Sensorimotor
Anak
yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar
dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem.
Kelainan sensorimotor biasanya
secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah
dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan.
Kelainan sensorimotor tidak harus
berakibat masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami
masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti
anak yang tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang
termasuk problem dalam sensorimotor yaitu:
a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa)
a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa)
Setiap jenis kelainan tersebut akan
melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus yang memiliki keterampilan
dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai
tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK.
2. Masalah (problem) dalam belajar
dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus
yang mengalami problem dalam belajar adalah:
a. Intellectual Disability
(keterbelakangan mental atau tunagrahita)
b. Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c. Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
d. Giftet dan talented (anak berbakat)
e. Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
b. Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c. Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
d. Giftet dan talented (anak berbakat)
e. Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
2. Penyebab
Kelainan Pada ABK
Secara umum dapat dijelaskan bahwa
penyebab terjadinya kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus bisa dibagi atau
dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu:
a) Pre
Natal (sebelum kelahiran)
Sebelum kelahiran dapat terjadi di
saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak bertemu dengan sel telur
ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan.
Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan
keturunan.
Penyebab kelainan prenatal dari
faktor eksternal dapat berupa Ibu yang terbentur kandungannya, karena jatuh
sewaktu hamil, atau memakan makanan atau obat yang menciderai janin dan
sebagainya.
b) Natal
(di saat melahirkan)
Pada saat ibu sedang melahirkan bisa
menjadi penyebab, misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah,
infeksi karena ibu mengidap Sepilis dan sebagainya.
c) Post
Natal
Kelainan terjadi pada Post Natal
artinya kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di luar
kandungan. Ini dapat terjadi karena kecelakaan, keracunan dan sebagainya.
C. KONSEP PENDIDIKAN LUAR BIASA
PETA KONSEP
Konsep
merupakan gambaran mental yang lengkap tentang sesuatu. Dalam kontek ini
diharapkan menjawab pertanyaan dibawah ini:
Bagaimana gambaran penjabaran PLB
dapat mencapai tujuan akhirnya terhadap anak berkebutuhan khusus?
Bagaimana konsep PLB dan
penjabarannya yang dapat memberikan layanan dengan tepat sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran ABK?
Bagaimana konsep PLB dapat
mengembangkan potensi ABK dengan optimal dan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM)
yang diharapkan?
Untuk itu semua, diperlukan skema
yang tepat dalam operasionalnya apat dilihat pada gambar skema di bawah ini.
Gambar:
Skema oprasional Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (PLB)
Dari
skema di atas jelas tidak semua ABK memerlukan pelayanan di kelas khusus. Kelas
khusus dirancang bagi ABK yang memiliki kelainan berat atau alasan lain
sehingga bila dimasukkan di kelas biasa akan menyebabkan adanya masalah baik
pada ABK itu sendiri maupun pada anak yang lain dalam kelas tersebut. Sebagian
anak hanya memerlukan program khusus tanpa harus di kelas khusus dan sebagian
lagi hanya memerlukan layanan khusus tanpa harus di kelas khusus dan disertai
dengan program khusus.
DALAM PENJAS DAN OLAHRAGA
(ANAK TUNA NETRA)
A. ANAK TUNANETRA DAN KEBUTUHAN
PEMBELAJARANNYA
Anak Tunanetra
Tunanetra (Visually Impaired) adalah mereka yang
penglihatannya menghambat untuk memfungsikan dirinya dalam pendidikan, tanpa
menggunakan material khusus, latihan khusus atau bantuan lainnya secara khusus.
Mereka
termasuk anak yang :
·
Melihat
dengan acuity 20/70 (anak tunanetra melihat dari jarak 20 feet sedangkan orang
normal dari jarak 70 feet).
·
Mampu
membaca huruf E paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet (acuity 20/200
-legallyy blind)
Kelompok
lebih terbatas lagi adalah mereka yang:
§ Mengenal bentuk atau objek dari
berbagai jarak.
§ Menghitung jari dari berbagai jarak.
§ Tidak mengenal tangan yang
digerakkan.
§ Kelompok yang lebih berat lagi
adalah mereka yang:
§ Mempunyai persepsi cahaya (light
perception)
§ Tidak memiliki persepsi cahaya (no
light perception)
Pengelompokan
secaca pendidikan
Secara
pendidikan tunanetra dikelompokkan menjadi:
1. Mereka mampu membaca cetakan
standart.
2. Mampu membaca cetakan standart
dengan menggunakan kaca pembesar.
3. Mampu membaca cetakan besar (ukuran
Huruf No. 18).
4. Mampu membaca cetakan kombinasi
cetakan regular dan cetakan besar.
5. Membaca cetakan besar dengan
menggunakan kaca pembesar.
6. Menggunakan Braille tetapi masih
bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas).
7. Menggunakan Braille tetapi tidak punya
persepsi cahaya.
Kebutuhan
Pembelajaran anak tunanetra
Keterbatasan
anak tunanetra:
1. Keterbatasan dalam konsep dan
pengalaman baru.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas.
Karena itu pengajaran bagi tunanetra
harus mengacu kepada:
1. Kebutuhan akan pengalaman
kongkrit.
2. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
3. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.
2. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
3. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.
Media belajar Anak Tunanetra
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Kelompok buta dengan media
pendidikannya adalah tulisan braille.
2. Kelompok low Vision dengan medianya adalah tulisan awas.
2. Kelompok low Vision dengan medianya adalah tulisan awas.
B. PENJAS ADAPTIF UNTUK TUNA NETRA
Kesegaran Jasmani dan Gerak
Peserta
didik berpenglihatan terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran yang lebih baik
daripada yang berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan terbatas
melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih banyak daripada diperlukan
(buell, 1973). Gerak tanpa melihat kurang efisien dalam penggunaan energi
daripada gerak dengan melihat. Aktivitas yang tidak sukar yang menekankan pada
pengembangan kekuatan dan daya tahan kardiovaskuler bagi berpenglihatan
terbatas merupakan sesuatu yang perlu ditekankan.
Kekuatan
dapat dikembangkan dengan aman bagi peserta didik melalui aktivitas mendorong,
menarik, dan mengangkat seperti:
Angkat
beban menggunakan alat universal (mulai dengan tanpa beban terlebih dahulu,
kemudian diberi beban)
1. latihan
isometrik
2. memanjat
tali jala yang digantungkan
3. lari
ditempat
4. sepeda
yang berada di tempat
5. lari
menempuh jarak tertentu (memakai treadmill)
C. KETERAMPILAN
DAN POLA GERAK DASAR
Peserta
didik yang terbatas penglihatannya kurang memiliki pengetahuan atau gambar
tentang tubuhnya dan orientasi ruang. kesadaran tentang tubuh dan hubungannya
dengan ruang merupakan dua hal yang paling dibutuhkannya. Kelas penjas perlu
mencakup berbagai macam aktivitas jasmani yang tidak rumit yang dapat
mengembangkan kedua kebutuhan tersebut disamping keseimbangan. Aktivitas itu
dapat berupa:
1. menyebutkan
bagian-bagian tubuh
1. menggerakkan bagian-bagian tubuh
secara terpisah
2. mengkoordinasikan gerak dari dua
bagian tubuh
3. merasakan ukuran dari berbagai tubuh
4. mengidentifikasi bagian-bagian tubuh
dari teman lain
5. memelihara keseimbangan di atas
balok keseimbangan yang rendah
Aktivitas Individual dan Kelompok
Peserta
didik berpenglihatan terbatas dengan aman dapat berpartisipasi hampir dalam
semua aktivitas individual dan kelompok. tidak ada bukti bahwa peserta didik
yang ikut dalam kelas pendidikan jasmani mengalami kecelakaan lebih banyak
daripada peserta didik normal. French dan Jansma memberikan beberapa pedoman
untuk mengadaptasikan permainan agar peserta didik berpenglihatan terbatas
dapat ambil bagian secara aman dan sukses (1981; 211)
tempatkan
alat yang berbunyi dalam bola, pada gawang, dalam keranjang dan pada tempat
hinggap (base)
gunakan
formasi rantai (rabaan)
aktivitas
dimulai dari tempat yag tetap
manfaatkan keadaan permukaan tempat
bermain (rumput yang tingginya berlainan, pasir, tanah) untuk menyatakan batas
lapangan permainan dan daerah luar batas permainan.
1.
ubah susunan tekstur dari alat
2.
gunakan dinding yang telah dilapisi/
ditutup dengan bahan yang lunak
3.
gunakan sempritan, memanggil atau meneriakkan
nama
4.
ukuran lapangan permainan diperkecil
5.
batasi jumlah peserta dari kedua tim
6.
bermain dengan gerak lambat bila
memperkenalkan permainan baru.
7. gunakan
bau sebagai tanda dalam situasi tertentu
8. beritahu
pemain yang lain bial seseorang pemain lain meninggalkan lapangan atau daerah
permainan.
D. PENERAPAN PENJAS PADA TUNA NETRA
Sebagai contoh penerapan penjas pada tuna netra saya
memasukan contoh RPP.
(mungkin masih banyak kekurangan)
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SLB
Mata Pelajaran : Pendidikan
Jasmani,Olahraga,dan Kesehatan
Materi Pokok : Bola Besar (Sepak
Bola)
Kelas/Semester : V ( Lima ) / I ( satu
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit.
Waktu Pelaksanaan : 5 Januarai 2012
Sandar Kompetensi : Mempraktikan
gerak dasar salah satu cabang permainan bola besar serta nilai-nilai yang
terkandung didalamnya dengan peraturan yang telah dimodifikasi.
Kompetensi Dasar : Mempraktikan
gerak dasar permainan sepak bola dengan peraturan yang telah dimodivikasi serta
nilai kerjasama tim,kejujuran,dan sportivitas.
Indikator : Menendang bola dengan
berbagai variasi.
-Menggunakan berbagai keterampilan untuk mengambil
posisi,mencetak angka,dan mengoper ke teman.
I.
Tujuan Pembelajaran
· Siswa dapat menendang bola dengan
berbagai variasi dengan benar
· Siswa dapat bermain sepak bola
dengan baik dan benar
II.
.Materi Ajar/Materi Pokok
· Permainan bola besar sederhana
(sepak bola)
III.
Metode Pembelajaran
· Instruksi verbal (dengan aba-aba)
· Demonstrasi( dengan bahasa
isyarat dijelaskan langsung cara bermainya)
· Praktek(di pandu dengan bantuan
beberapa guru dan alat bantu)
IV.Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan(20
Menit)
· Berbaris,Berdoa,Presensi,Apersepsi,dan
Penjelasan
· Pemanasan : Streaching ,
· Streching dan
pemanasan(dengan
· Siswa
dikondisikan melakukan streching dan pemanasan dengan bentuk permainan dan
gerakan-gerakan yang lebih difokuskan pada gerakan kaki
(dengan aba aba bahasa isyarat).
b) Inti(40
Menit)
Ø Siswa dibagi
dalam beberapa kelompok yang masing-masing terdiri minimal 2 orang, membawa 1
bola.
Ø Bermain sepak bola dengan baik dan
benar.(dengan memodifikasi bola ,menempatkan lonceng kecil)
Ø Siswa di beri bola yang berlonceng
kecil,kemudian siswa disuruh menendang jika suara lonceng berada di kakinya.
c) Kegiatan Akhir (10 Menit)
- Siswa berkumpul
- Guru melakukan
evaluasi, memberikan pertanyaan dan umpan balik kepada siswa.
- Berdoa dan pembubaran.
V.Alat,Bahan,dan Sumber Belajar
A. Alat dan Bahan
· Bilah bambu
· Bola (di
modifikasi dan diberi lonceng kecil)
· Tali rafia
· Peluit(Untuk
Guru)
· Gawang
2. Sumber Belajar
B. Buku
penjas Adaptif untuk sekolah Dasar
VI.Penilaian
(masih dalam tahap penyesuaian)
——————————————————————
Surakarta, 2 Januari 2012
Mengetahui
Guru Penjas
————————-
|
Kepala Sekolah
——————————-
|
KESIMPULAN DAN SARAN
Alhamdulillah,segala puji dan syukur bagi Alloh SWT
karena akhirhya penulis dapat menyelesaikan artikel yang sangat sederhana ini dan sekarang
telah sampai pada bab yang terakhir yaitu penutup.
A. KESIMPULAN
Dengan
menerapkan pembelajaran penjas yang berbasiskan pada PAIKEM,walaupun pada anak
berkebutuhan khusus(ABK) maka hasilnya dapat meningkatkan kebugaran dan respon
yang baik,terutama pada aspek Psikomotor,kogitif,dan afektif.
B. SARAN
Dalam
penjas untuk Anak Berkebutuhan Khusus haruslah dierlakukan berbeda dan kami
harapkan pemerintah juga turut Andil dalam penanganan ABK tersebut demi
meningkatkan dan mencerdaskan anak bangsa tak terkecuali ABK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar