Kamis, 03 Oktober 2013


ARTIKEL
DESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA ADAPTIF
BAGI PENYANDANG TUNA NETRA
PROGRAM STUDI PJKR
JURUSAN PEDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Alloh, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan artikel ini dengan tepat waktu.Artikel ini disusun guna melengkapi tugas UK Pendidikan jasmani adaptif di semester 7 ,untuk itu penulis mengharapkan kritikanya jika masih jauh dari sempurna.
Penulis tidak dapat menyelesaikan artikel ini tanpa adanya bantuan , bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen Pengampu mata kuliah Penjas Adaptif,Drs Sarwono,MS.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini yang tidakdapat dituliskan atau disebutkan satu persatu.
Tiada kesempurnaan melainkan milik Allah SWT, demikian pula Artikel ini. Penulis menyadari bahwa Artikel ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan perbaikan Artikel ini.
Penulis


DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………………………………………………………………i
Kata pengantar………………………………………………………………………………………………………..ii
Daftar isi………………………………………………………………………………………………………………..iii
Abstrak…………………………………………………………………………………………………………………iv
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………….1
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………….1
Devinisi desain……………………………………………………………………………………………………….1
A.Devinisi desain pembelajaran adaptif…………………………………………………………………… 1
B.Pengertian desain pembelajaran…………………………………………………………………………… 2
C.Pengertian desain pembalajaran adaptif………………………………………………………………… 4
Konsep dasar pembelajaran adaptif dan Anak berkebutuhan khusus…………………………….. 5
A.Hakekat pembelajaran adaptif…………………………………………………………………………….. 5
B.Hakekat anak berkebutuhan khusus……………………………………………………………………… 5
1.masalah (problem) dalam sensori motor………………………………………………………………. 6
2.penyebab kelainan pada anak berkebutuhan khusus……………………………………………… 7
C.Peta konsep pendidikan luar biasa……………………………………………………………………….. 8
Anak luarbiasa dan kebutuhan pembelajaran dalam penjas dan olahraga
Pada anak tuna netra………………………………………………………………………………………………..10
A.Anak tuna netra dankebutuhan pembelajarannya…………………………………………………… 10
B.Penjas adaptif utuk tuna netra…………………………………………………………………………….. 11
C.Keterampian dan pola gerak dasar………………………………………………………………………. 12
D.Penerapan penjas pada tuna netra………………………………………………………………………… 13
Penutup………………………………………………………………………………………………………………….16
Kesimpulan dan saran…………………………………………………………………………………………….16
Referensi………………………………………………………………………………………………………………..17


ABSTRAK
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan jasmani adaptif terhadap perkembangan motorik anak dengan gangguan pendengaran di SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa (YPSLB). Artikel ini di ambil dariPenelitian yang menggunakan metode eksperimen dengan desain One Group Pretest-Posttest Design. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa dengan Gangguan Pendengaran di SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa (YPSLB) berjumlah 6 orang. Keseluruhan dijadikan sampel penelitian, sehingga penelitian ini penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dengan tes kemampuan motorik dari M. Furqon (2002: 32) yang meliputi gerak stabilitas, gerak lokomotor dan gerak manipulatif yang dibuat dalam bentuk cek list. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan teknik analisis non parametric (Sign test Wilcoxon) yang diberi simbol Z. Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan (α) 5%. Dengan hasil To 0.028 > Tt = 0.0122, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi: Pembelajaran Penjas Adaptif dapat meningkatkan kemampuan motorik pada siswa persiapan 1 (P1) SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa adalah signifikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan yaitu: Pembelajaran Penjas Adaptif dapat meningkatkan kemampuan motorik pada siswa SLB B/C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa.


PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. DEVINISI DESAIN PEMPELAJARAN ADAPTIF
Pembelajaran Penjas adaptif mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan kemampuan dan dayaserap siswa berkebutuhan khusus,karena siswa dapat menyalurkan kemampuan yang ada dalam dirinya,dan dapat di implementasikan melalui penjas.Tujuan Utama Pembelajaran Penjas Adaptif adalah meningkatkan kemampuan Psikomotor,Afektif,Kognitif. Supaya mereka dapat mandiri dan dapat menjalani masa depanya secara mandiri agar mereka dapat terjun di masyarakat.
Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama yang satu dengan lainnya. Tidak ada satu anak manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak ada satu anak manusia yang ingin dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang kelainan atau memiliki kecacatan. Demikian juga tidak akan ada seorang Ibu yang menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Dengan demikian maka sejak kelahirannya ke dunia, anak cacat atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah tidak dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Koskuensi logis bila ABK akan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.
Kelahiran seorang ABK tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak. Bila Tuhan menghendaki keluarga itu dititipi seorang ABK maka kemungkinan semua itu bisa terjadi. Akan tetapi Tuhan melihat dan menghargai manusia tidak dari kecacatannya secara fisik, mental atau social. Tuhan melihat manusia dari ketakwaan kepada Nya. Dititipkannya ABK pada satu keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dititipkannya ABK pada satu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada keluarga tersebut untuk berbuat yang terbaik pada anaknya.
Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakatdan bangsa. Ia memiki hak untuk sekolah sama seperti saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal.
Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar (SD) umum dimanapun adanya, melarang ABK untuk masuk di sekolah tersebut. Bersama Guru Pembimbing Khusus yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan PLB, Sekolah dapat merancang pelayanan PLB bagi anak tersebut yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Apakah anak tersebut membutuhkan kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan dan kondisi kecacatan anak.
Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya, semakin kuat mental ABK menghadapi tantangan lingkungan. Ia juga akan jauh lebih berkembang bila dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan tidak disekolahkan. Semakin dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik hasil yang diperoleh.
Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak hanya diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya.
Banyak orang awam berpandangan yang salah tentang pendidikan bagi ABK. Seolah olah PLB hanya ada di SLB. Sehingga sering orang bila menemukan anak menyandang kelainan atau ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal ini tidak benar, sebab SLB bukan habitatnya. Habitat ABK sama dengan habitat anak pada umumnya yang normal. Ia berada dilingkungan SLB bila di Sekolah Biasa sudah tidak dapat menangani pendidikannya, atau memang kehendak dan hak dari anak itu sendiri.
Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum yaitu seolah-olah PLB hanya bisa diberikan di SLB atau seolah-olah PLB itu sama dan identik dengan SLB. Hal tersebut tidak benar, sebab pelayanan PLB bisa diberikan di sekolah biasa dengan pembelajaran yang di adaptifkan pada anak berdasarkan kelainan dan karakteristiknya oleh guru biasa. Karena itu informasi tentang Pembelajaran adaptif bagi ABK perlu juga bagi Guru biasa, sehingga bila ABK datang kesekolah biasa dapat diberikan pelayanan PLB.
Mengacu pada perkembangan Paradigma baru tentang PLB dan hak asasi anak , maka PLB bergerak dari pendidikan yang bersifat terpisah atau segregasi kearah pendidikan bersifat integrasi(terpadu).
Kenyataan di Indonesia yang tidak bisa disangkal, SLB masih dominan sebagai tempat pendidikan formal anak berkebutuhan khusus. Dimanapun ABK bersekolah pembelajaran adaptif tetap dibutuhkan. Untuk itu maka pembahasan tentang pembelajaran adaptif ini dirancang untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran oleh guru PLB pada ABK.
B. PENGETIAN DESAIN PEMBELAJARAN
Devinisi desain pembelajaran adaptif dapat diartikan sebagai: Skenario pembelajaran penjas adaptif yang di susun sedemikian rupa guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan produk yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut.Desain pembelajaran sebagai suatu proses merupakan sistematika pengembangan spesifikasi pembelajaran yang menggunakan teori belajar mengajar  guna menjamin mutu pengajaran. Desain pembelajaran mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip desain pembelajaran yang telah menjadi standar model desain pembelajaran adalah sembilan langkah pengajaran yang perta-ma kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965. Adapun sembilan langkah dimaksud adalah:
a) Mendapatkan perhatian (gain attention): Lankah ini menyediakan stimulus untuk menarik perhatian dan melibatkan pebelajar serta memotivasi. Langkah ini dimulai dengan mengemukakan suatu masalah, menyajikan situasi baru, mengguna-kan multimedia, mengajukan pertanyaan.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran (Inform about the goal and objective): Langkah ini menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan dan bagaimana pebelajar dapat mereka menggunakan pengetahuan yang akan dipelajari sebagai hasil pem-belajaran.
c) Stimulasi untuk menghadirkan pengetahuan sebelumnya (Simulate recal of prior knowledge). Langkah ini mengingatkan kembali pebelajar atas pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui apa yang telah mereka ketahui baik berupa fakta, aturan, prosedur atau keterampilan. Langkah ini juga akan menggambarkan bagai-mana pengetahui saling berkaitan. Sebaiknya langkah ini dilakukan dengan kerang-ka yang membantu pembelajaran dan ingatan.
d) Menyajikan materi yang dipelajari (Present the material to be learned). Langkah ini menyediakan dan menampilkan isi pembelajaran yang baru dalam bentuk teks, grafis, simulasi, bagan, gambar atau suara. Informasi yang disampai-kan hendaknya disusun (chunking) agar mudah diingat untuk menghindari kelebih-an beban memori.
e) Menyediakan bantuan pembelajaran (Provide learning guidance). Langkah ini mengorganisasikan pembelajaran dengan meletakkannya ke dalam konteks. Per-lu diingat bahwa  presentasi isi berbeda dari petunjuk atua instruksi tentang bagai-mana belajar.
f) Memancing kegiatan pebelajar (Elicit performance). Pada langkah ini, pebelajar perlu mendemonstrasikan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan atau perilaku yang baru diperoleh.
g) Berikan tanggapan balik (provide feedback). Pada langkah ini, pebelajar perlu diberitahu tentang performans belajarnya dan menunjukkan hal-hal yang dila-kukan dengan benar, tingkah laku pebelajar dianalisis, atau menunjukkan solusi atas kesulitan atau masalah.
h) Mengukur performans (assess performance). Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan performans pebelajar secara umum
i) Meningkatkan retensi dan transfer (enhance retention and transfer). Tahap terakhir ini memberikan kesempatan kepada pebelajar mengkonsolidasi pembela-jarannya. Tahap ini juga diperlukan untuk menginformasikan situasi-situasi masa-lah yang serupa, menyediakan latihan-latihan tambahan, dan mengupayakan agar mereka dapat mengungkapkan kembali atau mengemukakan hasil pembelajaran.
C. PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN ADAPTIF
Pengertian desain Pembelajaran Adaptif secara umum adalah: Cara Metode tentang tata cara dalam mengajarkan penjas bagi anak­-anak yang berkebutuhan khusus supaya materi yang kita ajarkan dapat di terima dan diserap dengan baik oleh anak-anak tersebut.
Disini tidak akan membahas terlalu dalam tentang pembelajaran adaptif karena tidak akan cukup bila di buat dalam sebuah artikel, artikel ini hanya membahas sedikit tentang pembelajaran Penjas Adaptif dalam suatu lingkup saja dan hanya pada satu macam anak yang menderita Tuna, yaitu Tuna Rungu(pendengaran)


KONSEP DASAR
PEMBELAJARAN ADAPTIF DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
A. HAKEKAT PEMBELAJARAN ADAPTIF
Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang, diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan ABK.
Rancangan Pendidikan Luar Biasa terdiri tiga komponen pokok kelas, program dan layanan. Ketiga komponen tersebut bila dirancang dengan baik dan sempurna akan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan demikian Pendidikan Luar Biasa adalah Pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi kurikulum sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dengan uraian tentang Hakekat Pembelajaran adaptif di atas, maka secara operasional di lapangan pengertian Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan sebagai kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
B. HAKEKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Apabila kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut “Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah yang paling tepat tergantung dari mana kita memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal istilah Impairment, disability, handicap.
Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.
Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.
Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan dengan PLB.
Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan lingkungan ABK.
Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan disekolahkan.Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya, Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak biasa lainnya. Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang meliputi:
1.   Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to Educated Oneself)
2.   Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The Right to Occupation or Profession)
3.   Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik ( The Right to Maintain Health and Physical Well Being)
4.   Hak untuk hidup mandiri (the Right to Independent Living)
5.   Hak untuk kasih sayang (Right to Love)
Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus
Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Masalah (problem) dalam Sensorimotor
Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem.
Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan.
Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu:
a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa)
Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK.
2. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam belajar adalah:
a. Intellectual Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita)
b.
 Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c.
 Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
d.
 Giftet dan talented (anak berbakat)
e.
 Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
2. Penyebab Kelainan Pada ABK
Secara umum dapat dijelaskan bahwa penyebab terjadinya kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus bisa dibagi atau dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu:
a) Pre Natal (sebelum kelahiran)
Sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak bertemu dengan sel telur ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan.
Penyebab kelainan prenatal dari faktor eksternal dapat berupa Ibu yang terbentur kandungannya, karena jatuh sewaktu hamil, atau memakan makanan atau obat yang menciderai janin dan sebagainya.
b) Natal (di saat melahirkan)
Pada saat ibu sedang melahirkan bisa menjadi penyebab, misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap Sepilis dan sebagainya.
c) Post Natal
Kelainan terjadi pada Post Natal artinya kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di luar kandungan. Ini dapat terjadi karena kecelakaan, keracunan dan sebagainya.
C. KONSEP PENDIDIKAN LUAR BIASA
PETA KONSEP
Konsep merupakan gambaran mental yang lengkap tentang sesuatu. Dalam kontek ini diharapkan menjawab pertanyaan dibawah ini:
Bagaimana gambaran penjabaran PLB dapat mencapai tujuan akhirnya terhadap anak berkebutuhan khusus?
Bagaimana konsep PLB dan penjabarannya yang dapat memberikan layanan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran ABK?
Bagaimana konsep PLB dapat mengembangkan potensi ABK dengan optimal dan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang diharapkan?
Untuk itu semua, diperlukan skema yang tepat dalam operasionalnya apat dilihat pada gambar skema di bawah ini.


Gambar: Skema oprasional Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (PLB)
pembelajaran_adaptif
Dari skema di atas jelas tidak semua ABK memerlukan pelayanan di kelas khusus. Kelas khusus dirancang bagi ABK yang memiliki kelainan berat atau alasan lain sehingga bila dimasukkan di kelas biasa akan menyebabkan adanya masalah baik pada ABK itu sendiri maupun pada anak yang lain dalam kelas tersebut. Sebagian anak hanya memerlukan program khusus tanpa harus di kelas khusus dan sebagian lagi hanya memerlukan layanan khusus tanpa harus di kelas khusus dan disertai dengan program khusus.

ANAK LUAR BIASA DAN KEBUTUHAN PEMBELAJARANYA
DALAM PENJAS DAN OLAHRAGA
(ANAK TUNA NETRA)
A. ANAK TUNANETRA DAN KEBUTUHAN PEMBELAJARANNYA
Anak Tunanetra
Tunanetra (Visually Impaired) adalah mereka yang penglihatannya menghambat untuk memfungsikan dirinya dalam pendidikan, tanpa menggunakan material khusus, latihan khusus atau bantuan lainnya secara khusus.
Mereka termasuk anak yang :
·         Melihat dengan acuity 20/70 (anak tunanetra melihat dari jarak 20 feet sedangkan orang normal dari jarak 70 feet).
·         Mampu membaca huruf E paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet (acuity 20/200 -legallyy blind)
Kelompok lebih terbatas lagi adalah mereka yang:
§  Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak.
§  Menghitung jari dari berbagai jarak.
§  Tidak mengenal tangan yang digerakkan.
§  Kelompok yang lebih berat lagi adalah mereka yang:
§  Mempunyai persepsi cahaya (light perception)
§  Tidak memiliki persepsi cahaya (no light perception)
Pengelompokan secaca pendidikan
Secara pendidikan tunanetra dikelompokkan menjadi:
1.   Mereka mampu membaca cetakan standart.
2.   Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar.
3.   Mampu membaca cetakan besar (ukuran Huruf No. 18).
4.   Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar.
5.   Membaca cetakan besar dengan menggunakan kaca pembesar.
6.   Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas).
7.   Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.
Kebutuhan Pembelajaran anak tunanetra
Keterbatasan anak tunanetra:
1. Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas.
Karena itu pengajaran bagi tunanetra harus mengacu kepada:
1. Kebutuhan akan pengalaman kongkrit.
2. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
3. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.
Media belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Kelompok buta dengan media pendidikannya adalah tulisan braille.
2. Kelompok low Vision dengan medianya adalah tulisan awas.
B. PENJAS ADAPTIF UNTUK TUNA NETRA
Kesegaran Jasmani dan Gerak
Peserta didik berpenglihatan terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran yang lebih baik daripada yang berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan terbatas melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih banyak daripada diperlukan (buell, 1973). Gerak tanpa melihat kurang efisien dalam penggunaan energi daripada gerak dengan melihat. Aktivitas yang tidak sukar yang menekankan pada pengembangan kekuatan dan daya tahan kardiovaskuler bagi berpenglihatan terbatas merupakan sesuatu yang perlu ditekankan.
Kekuatan dapat dikembangkan dengan aman bagi peserta didik melalui aktivitas mendorong, menarik, dan mengangkat seperti:
Angkat beban menggunakan alat universal (mulai dengan tanpa beban terlebih dahulu, kemudian diberi beban)
1. latihan isometrik
2. memanjat tali jala yang digantungkan
3. lari ditempat
4. sepeda yang berada di tempat
5. lari menempuh jarak tertentu (memakai treadmill)


C. KETERAMPILAN DAN POLA GERAK DASAR
Peserta didik yang terbatas penglihatannya kurang memiliki pengetahuan atau gambar tentang tubuhnya dan orientasi ruang. kesadaran tentang tubuh dan hubungannya dengan ruang merupakan dua hal yang paling dibutuhkannya. Kelas penjas perlu mencakup berbagai macam aktivitas jasmani yang tidak rumit yang dapat mengembangkan kedua kebutuhan tersebut disamping keseimbangan. Aktivitas itu dapat berupa:
1. menyebutkan bagian-bagian tubuh
1.   menggerakkan bagian-bagian tubuh secara terpisah
2.   mengkoordinasikan gerak dari dua bagian tubuh
3.   merasakan ukuran dari berbagai tubuh
4.   mengidentifikasi bagian-bagian tubuh dari teman lain
5.   memelihara keseimbangan di atas balok keseimbangan yang rendah
Aktivitas Individual dan Kelompok
Peserta didik berpenglihatan terbatas dengan aman dapat berpartisipasi hampir dalam semua aktivitas individual dan kelompok. tidak ada bukti bahwa peserta didik yang ikut dalam kelas pendidikan jasmani mengalami kecelakaan lebih banyak daripada peserta didik normal. French dan Jansma memberikan beberapa pedoman untuk mengadaptasikan permainan agar peserta didik berpenglihatan terbatas dapat ambil bagian secara aman dan sukses (1981; 211)
tempatkan alat yang berbunyi dalam bola, pada gawang, dalam keranjang dan pada tempat hinggap (base)
gunakan formasi rantai (rabaan)
aktivitas dimulai dari tempat yag tetap
manfaatkan keadaan permukaan tempat bermain (rumput yang tingginya berlainan, pasir, tanah) untuk menyatakan batas lapangan permainan dan daerah luar batas permainan.
1. ubah susunan tekstur dari alat
2. gunakan dinding yang telah dilapisi/ ditutup dengan bahan yang lunak
3. gunakan sempritan, memanggil atau meneriakkan nama
4. ukuran lapangan permainan diperkecil
5. batasi jumlah peserta dari kedua tim
6. bermain dengan gerak lambat bila memperkenalkan permainan baru.
7. gunakan bau sebagai tanda dalam situasi tertentu
8. beritahu pemain yang lain bial seseorang pemain lain meninggalkan lapangan atau daerah permainan.
D. PENERAPAN PENJAS PADA TUNA NETRA
Sebagai contoh penerapan penjas pada tuna netra saya memasukan contoh RPP.
(mungkin masih banyak kekurangan)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SLB
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani,Olahraga,dan Kesehatan
Materi Pokok : Bola Besar (Sepak Bola)
Kelas/Semester : V ( Lima ) / I ( satu
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit.
Waktu Pelaksanaan : 5 Januarai 2012
Sandar Kompetensi : Mempraktikan gerak dasar salah satu cabang permainan bola besar serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya dengan peraturan yang telah dimodifikasi.
Kompetensi Dasar : Mempraktikan gerak dasar permainan sepak bola dengan peraturan yang telah dimodivikasi serta nilai kerjasama tim,kejujuran,dan sportivitas.
Indikator : Menendang bola dengan berbagai variasi.
-Menggunakan berbagai keterampilan untuk mengambilposisi,mencetak angka,dan mengoper ke teman.
I. Tujuan Pembelajaran
· Siswa dapat menendang bola dengan berbagai variasi dengan benar
· Siswa dapat bermain sepak bola dengan baik dan benar
II. .Materi Ajar/Materi Pokok
· Permainan bola besar sederhana (sepak bola)
III. Metode Pembelajaran
· Instruksi verbal (dengan aba-aba)
· Demonstrasi( dengan bahasa isyarat dijelaskan langsung cara bermainya)
· Praktek(di pandu dengan bantuan beberapa guru dan alat bantu)


IV.Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan(20 Menit)
· Berbaris,Berdoa,Presensi,Apersepsi,dan Penjelasan
· Pemanasan : Streaching ,
· Streching dan pemanasan(dengan
· Siswa dikondisikan melakukan streching dan pemanasan dengan bentuk permainan dan gerakan-gerakan yang lebih difokuskan pada gerakan kaki
(dengan aba aba bahasa isyarat).
b) Inti(40 Menit)
Ø Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing terdiri minimal 2 orang, membawa 1 bola.
Ø Bermain sepak bola dengan baik dan benar.(dengan memodifikasi bola ,menempatkan lonceng kecil)
Ø Siswa di beri bola yang berlonceng kecil,kemudian siswa disuruh menendang jika suara lonceng berada di kakinya.
c) Kegiatan Akhir (10 Menit)
- Siswa berkumpul
Guru melakukan evaluasi, memberikan pertanyaan dan umpan balik kepada siswa.
- Berdoa dan pembubaran.
V.Alat,Bahan,dan Sumber Belajar
A. Alat dan Bahan
· Bilah bambu
· Bola (di modifikasi dan diberi lonceng kecil)
· Tali rafia
· Peluit(Untuk Guru)
· Gawang
2. Sumber Belajar
B. Buku penjas Adaptif untuk sekolah Dasar


VI.Penilaian
(masih dalam tahap penyesuaian)
——————————————————————
Surakarta, 2 Januari 2012
Mengetahui
Guru Penjas
————————-
Kepala Sekolah
——————————-


KESIMPULAN DAN SARAN
Alhamdulillah,segala puji dan syukur bagi Alloh SWT karena akhirhya penulis dapat menyelesaikan artikel yang sangat sederhana ini dan sekarang telah sampai pada bab yang terakhir yaitu penutup.
A. KESIMPULAN
Dengan menerapkan pembelajaran penjas yang berbasiskan pada PAIKEM,walaupun pada anak berkebutuhan khusus(ABK) maka hasilnya dapat meningkatkan kebugaran dan respon yang baik,terutama pada aspek Psikomotor,kogitif,dan afektif.
B. SARAN
Dalam penjas untuk Anak Berkebutuhan Khusus haruslah dierlakukan berbeda dan kami harapkan pemerintah juga turut Andil dalam penanganan ABK tersebut demi meningkatkan dan mencerdaskan anak bangsa tak terkecuali ABK.

Tidak ada komentar: